Pengalaman Dan Cerita dari Para Karyawan Yang Pernah Dipecat

Artikel ini saya terjemahkan dari artikel lain, dan ditulis oleh seorang bernama Karn Boenko. Dia pernah dipecat beberapa kali, dan ini adalah ceritanya. Oh, perlu kamu tahu kalau dia dipecat beberapa kali tanpa pemberitahuan dan tiba-tiba, dia bahkan tidak bisa memilih untuk membuat surat pengunduran diri dan mengundurkan diri secara terhormat atau dipecat karena pemecatan dirinya terlalu tiba-tiba.

Waktunya pengakuan: Saya pernah dipecat beberapa kali.

Pertama kali dipecat, waktu itu tidak ada peringatan sama sekali. Saya sama sekali tidak tahu akan dipecat, tidak ada keluhan, tidak ada surat peringatan, atau saran untuk meningkatkan performa kerja. Saya tengah bekerja saat bos saya menelepon saya dan kemudian mengatakan kalau perusahaan harus mengeluarkan saya tanpa memberi tahu apa alasannya. Sampai hari ini saya tidak tahu alasan kenapa saya dipecat.

Kedua kalinya dipecat, kali ini tidak terlalu tiba-tiba. Saya tidak senang, dan perusahaannya juga tidak berjalan terlalu baik. Tapi sama dengan pertama kalinya, saya tidak mendapatkan keluhan tentang performa kerja saya. Suatu hari saya disuruh datang ke ruang rapat dan bos berkata kalau saya dipecat. Beberapa bulan kemudian, saya menerima panggilan dari teman saya yang masih bekerja di kantor dan mengatakan kalau ada seseorang yang dengan bangganya mengatakan kalau dia berhasil meyakinkan mantan bos saya untuk memecat saya agar dia bisa menggantikan posisi saya dan mendapatkan lebih banyak uang.

Persepsi umum tentang orang yang dipecat adalah: Mereka adalah orang yang tidak bisa bekerja dengan baik (atau membuat kesalahan besar), itulah alasan kenapa mereka dipecat. Dan walaupun hal ini kadang benar, saat saya mulai menjalani karier saya, saya mendengar banyak kisah yang kasusnya sama seperti saya – dipecat tanpa diberi peringatan, tanpa keluhan, dan tanpa dukungan dari bosnya untuk menaikan performa kerja.

Jadi, awal tahun ini, (artikel ini ditulis beberapa tahun lalu), saya memutuskan untuk mencari tahu lebih dalam tentang orang-orang yang pernah dipecat. Saya menyurvei 1,050 orang yang sudah pernah dipecat dan bertanya pada mereka satu set pertanyaan tentang pengalaman mereka dan hasilnya mengejutkan. Saya menuliskan hasil surveynya di sini, beserta dengan kutipan dari para partisipan untuk menggambarkan pengalaman mereka.

Hal yang perlu diingat.

Saat kamu membaca hasilnya, tolong diingat kalau para partisipannya adalah orang yang mengaku dan mau berpartisipasi dengan survey ini secara sukarela. Itu artinya hasil dari survey ini tidak bisa dipakai untuk menggambarkan pengalaman dari orang-orang secara umum kenapa mereka dipecat.

Selain itu, saya hanya fokus ke cerita pengalaman mereka kenapa dipecat. Saya tidak memeriksa data mereka dan tidak meng-cross-check cerita mereka. Semua cerita di bawah ini adalah berdasarkan dari persepsi partisipan.

Apa mereka mendapatkan keluhan/umpan balik bahwa performa kerja mereka kurang baik?

Ketika kamu berpikir seseorang dipecat, sangat mudah mengasumsikan kalau dia dipecat karena performa kerjanya yang rendah dan percaya kalau mereka sudah mendapatkan peringatan untuk meningkatkan performa kerjanya. Hal ini tidak selalu begitu.

Tentang para partisipan:

75% berkata kalau mereka tidak pernah bertemu dengan manajernya dan mendiskusikan apa pun sebelum dipecat.

59% berkata kalau mereka tidak pernah menerima review dari performa kerja mereka dari manajer.

Dari 59% di atas, orang yang meneria review performa kerja, 87% berkata kalau tidak ada indikasi kalau mereka dalam posisi buruk dan akan dipecat.

90% berkata kalau mereka tidak mendapatkan saran, kritik, dan hal lainnya untuk meningkatkan performa kerja sebelum dipecat.

Dari 90% di atas, 10% menerima saran, kritik, dan lainnya, namun 73% merasa kalau saran dan kritik ini tidak adil dan tidak benar dengan performa kerja mereka.

Ini beberapa kutipan pilihan tentang orang-orang yang dipecat namun tidak mendapatkan keluhan/umpan bal dari bosnya.

“[Bos Saya} mengatakan kalau semua di tempat kerja menyukai saya sampai pada satu hari saya dipecat. Ini pengalaman yang sangat aneh.”

“Saya tidak diberi peringatan kalau kepribadian saya mengganggu orang lain. Ketika saya dipecat, bos saya mengatakan kalau saya kepribadian saya sudah jadi masalah sekitar enam minggu. Saya bertanya kenapa saya tidak pernah diberi tahu (atau diberi kesempatan untuk introspeksi diri dan memperbaiki kepribadian saya) dan hal ini membuat saya sangat marah.”

Ketika mereka dipecat, 68% partisipan berkata kalau mereka terkejut—mereka tidak pernah membayangkan akan dipecat.

“Saya tidak pernah menerima pelatihan atau dukungan agar performa kerja saya jadi lebih baik.”

“Saya mengambil beberapa pekerjaan lain dan mulai mendapatkan banyak kewajiban lain diluar dari pekerjaan utama saya, dan bos saya senang dengan apa yang saya lakukan (dan performa kerja saya). Saya minta naik gaji di hari Jumat, dan pada hari Seninnya saya dipecat.”

Bagaimana mereka menerima fakta kalau mereka dipecat?

Dalam banyak situasi, karyawan punya kontrak dan persetujuan dengan perusahaan yang membuat mereka bisa dipecat kapan saja dengan, atau tanpa alasan. 20 persen partisipan yang ikut dalam survey ini tidak diberikan alasan kenapa mereka dipecat.

Dari 80% yang diberikan alasan kenapa mereka dipecat, 58% tidak percaya kalau alasan yang diberikan menjustifikasi pemecatan mereka dan percaya kalau itu bukan alasan utama kenapa mereka dipecat:

“Saya tahu dua orang yang ingin saya dipecat. Saya meminta promosi, dan saya yakin kalau saya adalah ancaman bagi mereka.”

“Perusahaan dalam kondisi tidak terlalu baik dan manajer umum yang baru memecat seseorang untuk mendemonstrasikan kekuasaannya. Bagian saya bekerja dengan baik dan saya adalah indikator terbaik. Namun, saya juga karyawan yang punya asisten yang sudah terlatih. Jadi saya yang paling mudah dipecat.”

“Bos saya marah karena saya memecat istrinya dan tidak punya cara lain untuk membalasnya.”

Bagaimana reaksi mereka saat dipecat?

Saat menerima kabar kalau dipecat, respons yang paling umum adalah shock dan malu.

“Saya menangis. Saya pikir kami (saya dan bos saya) akan mengobrol tentang performa kerja saya dan menerima saran serta kritik, atau akhirnya saya mendapatkan dukungan untuk peningkatan performa kerja. Pekerjaan saya terlalu banyak. Namun bos saya berkata kalau saya secara efektif sudah diberhentikan dan ini membuat saya terkejut.”

“Saya merasa malu karena dipecat dan menangis saat menelepon istri saya dan memberi tahu kalau saya dipecat.”

Dari partisipan yang dipecat lewati email yang dikirim pada semua orang di timnya: “Saya merasa sedang menonton film tentang saya yang dipecat. Hal ini susah diterima. Saya cuman duduk di meja saya setelah membaca kalau saya dipecat, dan tidak bisa bergerak. Saya memperhatikan dua rekan kerja saya menangis karena mereka juga terkejut.”

Bonus

Bonus ini tidak berhubungan dengan artikel di atas, hanya sebuah artikel download contoh surat cerai sederhana yang merupakan salah satu artikel baru blog ini. Blog Suratvaru ini memiliki 3 jenis konten, yang utama dan yang paling sedikit artikelnya adalah contoh surat, yang kedua konten berupa artikel, dan yang ketiga, yang hanya ditulis karena iseng saja adalah webnovel.