Kamu memutuskan untuk keluar dari pekerjaanmu sekarang, dan setelah selesai membuat surat resign kamu datang ke bosmu dan berniat mengatakan kalau kamu akan keluar.
Lakukan.
#1. Berhati-hati untuk mengatakan akan tetap tinggal.
Ingatlah kalau tinggal tidaknya kamu di sebuah perusahaan adalah pilihanmu. Bukan pilihan bosmu.
#2. Dengarkan apa yang ingin dikatakan bosmu. Lebih tepatnya, tanya kepada bosmu kenapa dia meminta kamu untuk tinggal—walaupun sebenarnya hal ini agak susah dilakukan. Tidak hanya ini bisa membantu kamu menyusun resume untuk pekerjaan barumu, ini juga bisa membuat pembicaraannya fokus. Kamu tidak ingin nostalgia dan mendengarkan cerita bosmu tentang kamu yang dulu. Namun ingat, kalau bosmu tidak henti-hentinya bicara dan terus menyebutkan alasan kenapa harus tinggal, kamu harus dengan tegas mengatakan kalau keputusanmu sudah final.
#3. Ingat kembali alasan kenapa kamu ingin keluar. Poin ini berkaitan dengan poin nomor #1 dan #2. Jika bosmu berhasil membuat keputusanmu goyah untuk keluar kerja, ingat kembali alasan kenapa kamu ingin keluar. Entah gajinya kecil, lingkungannya tidak nyaman, atau rekan kerja yang tidak sopan. Jika bosmu berjanji untuk memperbaiki masalah yang mendorongmu untuk keluar juga, pikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah bosmu bisa melakukannya? Kira-kira bagaimana cara si bos menyingkirkan rekan kerjamu yang menyebalkan? Memecatnya?
Normalnya, butuh beberapa alasan bagi seseorang untuk keluar kerja, dan walaupun mungkin, agak sulit bagi seorang bos untuk mewujudkan semua keinginanmu.
#4. Tawarkan apa yang kamu bisa untuk mempermudah transisi. Misalnya bosmu terus memohon kamu untuk tinggal karena kamu satu-satunya karyawan yang bisa mengerjakan pekerjaanmu, atau akan sulit mencari seorang untuk menangani pekerjaanmu. Jika hal ini terjadi, ucapkan dengan jelas kalau kamu ingin keluar dan kemudian tawarkan bantuan untuk mempermudah transisi kerja. Kadang, kamu akan keluar di tengah proyek, dan proyek ini akan terhambat jika kamu tiba-tiba keluar. Dalam posisi ini, kamu harus membantu proyek ini, dan kemudian memberikan petunjuk atau tips bagi penggantimu. Namun ingat, kamu hanya sebagai pihak yang ingin membantu saja, jadi hindari tanggung jawab yang membuatmu terikat dengan perusahaan lebih lama lagi. Membuat tutorial, tips, dan tatacara melakukan sesuatu sebenarnya sudah cukup.
#5. Kirim ucapan terima kasih setelah kamu berhasil keluar. Saat kamu keluar dan bosmu ingin tinggal. Ini menandakan kamu abses berharga bagi perusahaanmu. Namun walaupun kamu sudah keluar, ada baiknya kamu mengirimkan tanda terima kasih setelah berhasil keluar. Siapa tahu perusahaan barumu suatu hari akan bekerja sama dengan perusahaan lamamu, dan kamu bisa menjembatani dua perusahaan ini jika perusahaan lamamu tidak berpikiran negatif denganmu.
Jangan lakukan.
#1. Merasa bersalah untuk keluar. Bosmu berhasil menggoyahkan niatmu untuk keluar, dan kamu merasa bersalah dengan keputusanmu ini. Kalau ini terjadi kamu harus ingat ini, tidak ada yang mengikatmu (kecuali kalau kamu memang terikat kontrak). Perlu niat yang kuat untuk keluar kerja, dan kamu juga harus ingat kembali alasan kenapa kamu keluar. Walaupun agak sulit ketika kamu terasa mengecewakan orang lain, ingatlah kalau kamu keluar demi kebaikanmu.
#2. Kehilangan kesabaran. Bosmu tidak mendengarkan alasan kamu keluar dan memintamu untuk tetap tinggal. Dan berapa kali pun kamu menjelaskannya, bosmu tidak mau mendengarkannya. Hal ini mengesalkan, namun jangan pernah kehilangan kesabaran. Walaupun bosmu yang sekarang ini tidak lama lagi akan menjadi mantan bosmu, kehilangan kesabaran akan membuat situasinya menjadi tidak terkendali. Ingatlah, kamu profesional.
#3. Merasa harus menjelaskan dengan detail. Mengundurkan diri dari pekerjaan itu butuh alasan, kadang alasannya sederhana, dan kadang alasannya rumit. Kamu harus menyebutkan alasanmu kenapa kamu ingin keluar. Namun ada baiknya kamu tidak menjelaskan hal ini dengan detail. Jawaban jujur dan sederhana seperti “saya mau jadi pengusaha” atau “karena masalah kesehatan” sudah cukup. Jika kamu menjelaskannya terlalu detail, pembicaraannya akan tidak fokus, dan bosmu akan mencari cara untuk menjawab semua ketidakpuasanmu.
#4. Mengatakan hal negatif. Hal negatif seperti: Gaji di sini kecil, karyawannya tidak bisa diajak bekerja sama, produknya kualitas rendah, manajernya tidak becus, dan hal lain yang seperti ini tidak boleh diungkapkan dengan alasan yang sudah jelas.
#5. Ditekan untuk mengatakan detail tentang pekerjaan barumu. Ketika bosmu meminta kamu tetap tinggal dan kemudian bertanya “apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan baru? Di perusahaan mana? Gajinya berapa?” dll, berusahalah untuk menjawab pertanyaan ini dengan hati-hati. Kamu tidak punya kewajiban untuk menjawab pertanyaan dari orang yang akan jadi mantan bosmu. Jawaban seperti “di pabrik ban dekat rumah” dan lain-lain sebenarnya sudah cukup. Dan jika bosmu tetap memaksa, alihkanlah pembicaraanmu ke fakta kalau kamu akan segera keluar.
#6. Melibatkan perusahaan barumu. Hal ini jarang terjadi, namun kadang jika seseorang kehilangan kesabaran dan marah-marah, orang tersebut akan melibatkan perusahaan baru yang sudah menerimanya atau yang masih dalam proses interview dll, tidak perlu dikatakan lagi kalau ini adalah hal yang buruk. Selain kamu terkesan membandingkan perusahaan lamamu dengan perusahaan barumu, kamu juga akan merepotkan perusahaan yang mau menerimamu atau yang akan menerimamu.
